Keselamatan

Penerapan karya Kristus kepada keselamatan umat-Nya harus di pandang secara theologis, yaitu, dari sudut pandang Allah. Semua agama mencari suatu jalan keselamatan; semua manusia merindukan kebahagiaan karena hati manusia diciptakan bagi Allah. Hal yang unik bagi agama Kristen adalah realitas Yesus Kristus dan penebusan yang di bawa-Nya sebagai inisiatif Allah sepenuhnya; semua agama yang lain mencari penebusan melalui tindakan manusia. Bagaimanapun persoalan manusia dipikirkan, tetaplah manusia yang harus memuaskan sang deitas dan memenuhi tuntutan atau hukumannya. Semua agama atau filsafat selain dari iman Kristen adalah bersifat autosentrik.

Sudut pandang Alkitabiah berbeda secara radikal; keselamatan adalah semata-mata pemberian anugerah. Allah memilih umat-Nya, masuk ke dalam sebuah kovenan dengan mereka, kovenan yang menuntut kewajiban resiprokal berupa kasih dan ketaatan. Orang-orang Israel yang saleh merenungkan Taurat Allah, menemukan kebenaran-keadilan mereka bukan di dalam perbuatan mereka sendiri, tetapi di dalam anugerah Allah, memohon pengampunan, dan meninggalkan upaya mereka sendiri dan berharap kepada kebenaran-keadilan Allah. Israel juga hidup di dalam Iman, bersandar kepada kesetiaan kekal Allah kovenan mereka. Namun, setelah pembuangan, Yudaisme bergeser ke arah nomisme yang semakin besar dan mempersiapkan dirinya bagi kedatangan Mesias melalui perhatian yang cermat kepada tuntutan Taurat. Hasilnya adalah kesombongan Farisaik di satu sisi, dan keputusasaan orang berdosa di sisi lain. Dalam konteks ini, Yesus memberitakan kabar baik tentang pemerintahan Allah: pengampunan dosa oleh karunia anugerah. Kerajaan [Allah] adalah bagi semua yang miskin dalam roh, bukan hanya bagi orang Yahudi yang memelihara Taurat.



Tidak ada komentar: